Biak Numfor: “Bila Ingat Akan Kembali”
Biak
adalah pulau terbesar di antara rantai kepulauan kecil di pesisir utara Papua.
Biak akan terus menjadi istimewa dengan sejarahnya. Seistimewa alamnya yang
elok digandengi senyum manis orang-orang lokal nan ramah. Menikmati ragam
tujuan wisata di pulau ini sudah cukup kiranya menyiratkan kenangan untuk kembali
lagi, persis seperti kepanjangan nama BIAK, yaitu, “Bila Ingat Akan Kembali”.
Wilayah perairan Pulau Biak dekat dengan rumah hiu paus di Teluk Cendrawasi dan
juga terhampar banyak atol serta terumbu karang di beberapa pulaunya.
Pada
2005, Pemerintah Rusia pernah berencana menjadikan Biak sebagai lokasi
peluncuran roket dan satelit karena lokasinya dipandang strategis. Percaya atau
tidak, Bandara di Biak sebenarnya juga pernah disinggahi penerbangan Jakarta -
Biak - Honolulu - Los Angeles. Akan tetapi, jalur tersebut ditutup akibat
krisis moneter tahun 1997. Kondisi itu berikutnya seakan memperlambat roda
perekonomian pulau ini.
Nama
Biak berasal dari kata ‘v`iak’ yang dilahirkan dari sebutan untuk menamakan
penduduk yang bertempat tinggal di pedalaman. Kata ‘v`iak juga dimaknai pada
orang-orang yang tinggal di dalam hutan dan tidak memiliki keahlian mengarungi
laut. Penisbahan itu yang diberikan oleh penduduk dari wilayah kekuasaan
Kesultanan Ternate-Tidore-Bacan-jailolo. Nama ‘v`iak’ kemudian dipakai sebagai
nama resmi untuk penduduk dan wilayah kepulauan tersebut dengan huruf “v”
dibaca “b” sehingga menjadi “Biak”. Ada juga yang mengkaitkan nama ‘biak’ dari
cerita rakyat dengan nama asli pulau ini adalah Warmambo. Suku Burdam yang
meninggalkan Pulau Warmambo karena pertengkaran antarsuku kemudian memutuskan
meninggalkan pulau namun setiap kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat
Pulau Warmambo selalu nampak di atas permukaan laut sehingga senantiasa
berkata,”v`iak wer” atau ”v`iak” yang artinya muncul lagi. Kata tersebut
kemudian dipakai oleh mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo sebagai
Biak hingga sekarang.
Suku
Biak mayoritas menggunakan Bahasa Indonesia dengan banyak dialek yang tersebar
di 19 wilayah, yaitu: Ariom, Bo’o, Dwar, Fairi, Jenures, Korim, Mandusir, Mofu,
Opif, Padoa, Penasifu, Samberi, Sampori (Mokmer), Sor, Sorendidori, Sundei,
Wari, Wadibu, Sorido, Bosnik, Korido, Warsa, Wardo, Kamer, Mapia, Mios Num,
Rumberpon, Monoarfu, dan Vogelkop. Di Kepulauan Biak Numfor sendiri terdapat
sepuluh dialek sedangkan di daerah-daerah migrasi terdapat tiga dialek. Sejarah
suku Biak berasal dari satu daerah yang terletak di sebelah timur yang datang
ke kepulauan tersebut (Biak) dengan menggunakan perahu. Ada versi cerita, bahwa
moyang mereka adalah sepasang suami istri yang dihanyutkan oleh air bah di atas
sebuah perahu dan terdampar di atas satu bukit yang diberi nama Sarwambo. Bukit
tersebut terdapat di bagian timur laut Pulau Biak (di sebelah selatan kampung
Korem sekarang). Dari Bukit Sarwambo kemudian mereka berpindah ke tepi Sungai
Korem dan berkembang biak memenuhi seluruh Kepulauan Biak. Daerah penyebaran
suku Biak saat ini sangatlah luas, meliputi pulau Biak, Supiori, Numfor,
Padaido, Rani, Insumbabi, Meosbefandi, Ayau, Mapia, Doreri, Manokwari, Ransiki,
Oransbari, Nuni, Pantai Utara kepala burung hingga ke Sorong, da Raja Ampat.
0 comments:
Post a Comment